Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
DaerahHeadline

Renovasi Benteng Duurstede Rampung 15 November 2024

81
×

Renovasi Benteng Duurstede Rampung 15 November 2024

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

AMBON,MM.- Renovasi Benteng Duurstede yang dibangun oleh Nicolas Schagen tahun 1691 ditargetkan rampung 15 November 2024. Benteng yang dibangun bangsa Portogis ini direnovasi karena sebagian pilar bangunannya sudah  lapuk termakan usia. Selain itu,  rehailitasi yang sebelumnya  dilakukan  oleh Dinas Parawisata ini tidak memenuhi kriteria Balai Sejarah.

 

Example 300x600

Pembangunan benteng oleh bangsa Portogis ini untuk menunjukan keperkasaannya di bidang pertahanan,  dan juga sekaligus menjadi tempat penimbunan cengkih hasil monopoli di Kepulauan Leasse.

 

Selain membangun benteng Duurstede di Pulau Saparua, Portogis juga membangun benteng di Negeri Hila Pulau Ambon dan benteng Bevereijk di Negeri Sila Pulau Nusalaut , sewaktu Sila diperintah oleh Jou yang bermarga Soselisa.

 

Menurut Cak Aponno yang  berada di lokasi rehabilitasi benteng Duurstede,  renovasi ini dikerjakan dengan biaya sekitar Dua milyar rupiah.

 

“Dan ada kemungkinan benteng Beverwijk di Sila juga akan direhabilitasi,” ungkapnya

 

Duurstede Dan Perang Pattimura

Setelah dibangun oleh Nicolas Schagen,  bangsa Belanda mengambilnya secara paksa dari tangan Portogis. Diperkirakan benteng Duurstede ini diambil alih oleh Belanda sekitar tahun 1605 atau sekitar tahun 1606, karena benteng New Victoria di Ambon dikuasai Belanda pada tahun 1605.

 

Setelah dikuasai Belanda, benteng ini juga dijadikan sebagai  markas pertahanan mereka dan juga tempat penimbunan cengkih hasil monopoli.

Kehidupan rakyat Lease (Saparua, Nusalaut dan Haruku) yang semakin tertekan dengan ulah Belanda, menimbulkan kemarahan rakyat yang kemudian  melakukan perlawanan.

 

Di berbagai negeri terjadi rapat-rapat gelap untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda.

 

Di Negeri Haria misalnya, diadakan rapat gelap pada tanggal 3 Mei dan 14 Mei 1817 untuk merencanakan  perlawanan. Sementara Thomas Matulessy sudah ditunjuk dan disumpah menjadi Kapitan untuk melakukan perlawanan leh raja-raja di Pulau Saparua dan Pulau Nusalaut.

Thomas Matulessy yang mantan pasukan Inggeris Coorps 400 ini mulai menyusun strategi untuk melakukan perlawanan.

 

Bertepatan saat itu rakyat Negeri Porto juga membangkang untuk mendayung arumbai yang memuat kayu besi  di pelabuhan Negeri Porto untuk rehabiiitasi benteng Victoria di Ambon.

 

Dengan adanya pembankangan yang merupkan awal Perang Pattimura , maka kontreler Johanes van den Berg dengan pasukan  kecil  menuju Porto.

Di Porto van den Berg dengan pasukannya segera kembali ke Saparua, karena rakyat Porto melakukan perlawanan dan akan.membunuh van den Berg dengan pasukannya.

Dengan segera Thomas Matulessy yang berpangkat Sersan Mayor di Coorps 400 ini segera menyerang  benteng Duurstede. Pada waktu itu benteng Duurstede hanya diperkuat oleh 14.orang tentara ,  sehingga mereka bisa bertahan sampai pukul 3 sore. Karena van den Berg sudah mengalami luka di perut, maka dia memerintahkan pasukannya yang  terdiri dari 14 personil itu untuk segera menyerah.

 

Saat itulah Thomas Matulessy dengan  bengisnya membunuh semua pasukan serta van den Berg dengan istri serta anak-anaknya. Yang tidak dibunuh yakni Yan Luberts yang menderita luka di kepala. Karena dia tidak mati dan mengalami luka di kepala saja, maka Salomon Pattiwael meminta izin kepada Thomas Matulessy untuk memeliharanya. (MM-0l)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *