AMBON,MM. – Menonton pertunjukan Gelar Seni Sastra tahun 2024 yang dipentaskan di gedung teater tertutup Taman Budaya Provinsi Maluku, yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Provinsi Maluku melalui Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Taman Budaya Provinsi Maluku, memberikan gambaran manajemen berhasil dalam Pembangunan Kebudayaan.
Demikian antara lain penegasan salah satu seniman Maluku yang pernah menjadi peraih juara Bintang Radio Provinsi Maluku, Drs. Semmy Toisuta. Kepada wartawan di Ambon usai menyaksikan Gelaran Seni Sastra Tahun 2024 di gedung teater tertutup Taman Budaya Provinsi Maluku, Rabu, (03/07/2024).
Dikatakan, keberhasilan ini secara hirarkis mulai dari Kadis hingga UPTD Taman Budaya Provinsi Maluku.
“Jadi jangan melihat pertunjukan tadi kita melihat bahwa manajemen Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Maluku untuk pembangunan kebudayaan itu berhasil,”ujarnya.
Lebih lanjut Toisuta mengatakan, indikator-indikator keberhasilan itu dilihat dari salah satu diantaranya adalah keterlibatan sekolah-sekolah dalam soal pembinaan dan pengembangan kesenian yang di drive oleh UPT Taman Budaya provinsi Maluku.
Menurut Toisuta, keberhasilan manajemen itu tidak terlepas dari kerja keras dari UPT Taman Budaya, manajemen Taman Budaya sebagai bagian integral dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Maluku, karena dalam domain pemajuan kebudayaan itu salah satunya adalah pembinaan dari kebudayaan dan kesenian.
Toisuta menilai, kemajuan sastra di Maluku sudah bisa bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.
*Hamka dulu menulis tentang tenggelamnya kapal Van der Wijck kemudian dari panggung ke panggung di kota-kota besar, di Jakarta terutama, para sastrawan para seniman sastra mementaskan karya Hamka itu. Tenggelamnya kapal Van der Wijck yang diangkat dari hikayat itu, diangkat ke dalam panggung sebagai pertunjukan, ujungnya masuk ke industri pertunjukan dan ujungnya dia masuk ke layar lebar keluarlah film yang berjudul tenggelamnya kapal Van der Wijck,”jelasnya.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melalui Taman Budaya provinsi Maluku kata Toisuta, telah melakukan pementasan sastra dan beberapa nomor di dalamnya teater di samping dramatical Reading, musikalisasi puisi, baca puisi.
“Jangan salah, bahwa suatu saat nanti ada industri yang mengeluarkan di layar lebar, film tentang “Nene Luhu” misalnya, mengapa itu bisa keluar? Karena cerita tentang Nene Luhu itu kemudian digiring oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Maluku melalui Taman Budaya provinsi Maluku ke dalam dunia pertunjukan, kemudian masuk ke dalam teater di atas panggung dari tahun ke tahun. Jangan salah satu waktu layar lebar akan mengeluarkan film dengan judul Batu Badaong, mengapa itu bisa terjadi karena sudah berulang kali remaja-remaja kita, para pembina sastra kita, para sastrawan kita yang ada di Maluku, para remaja, para tokoh-tokoh sastra yang berada di bawah Taman Budaya provinsi Maluku menggarap batu Badaong atau Nene Luhu itu ke dalam seni pertunjukan tinggal sektor swasta yang lain . Kalau kita bicara tentang pentahelix dalam pengembangan kebudayaan maka tinggal sektor swasta yang masuk dan bagaimana dia menggarap cerita-cerita yang sudah melegenda itu yang sering ada dalam pertunjukan pertunjukan yang ada di atas panggung oleh Taman Budaya provinsi Maluku, oleh kelompok-kelompok sastra, sanggar sanggar yang bergerak di bidang kesusasteraan, swasta masuk ke dalam dunia industri maka jadilah film. Pasti akan laku luar biasa.,”jelasnya.
Toisuta menegaskan, embrio dari keberhasilan tersebut adalah Taman Budaya provinsi Maluku. (MM-3)