AMBON.MM. – Rektor Unpatti Prof Fredyy Leiwakabessy mengukuhan lima guru besar baru, Senin (11/8/2025) di Auditorium Unpatti, Ambon.
Pengukuhan lima guru besar ini membuktikan komitmen kampus untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Provinsi Maluku.
“Pengukuhan ini bukan sekadar gelar, melainkan tanggung jawab moral dan intelektual untuk terus mengabdi kepada masyarakat, bangsa, dan negara. melalui pendidikan dan penelitian,”kata Rektor.
Kelima guru besar yang dikukuhkan antara lain, Prof Beni Setha dalam bidang teknologi pascapanen hasil perikanan, Prof Frederika S Pello pada bidang produktivitas perairan, dan Prof Anderson Leonardo Palinussa pada bidang pendidikan matematika realistis.
Dan Prof Dientje Rumerung pada bidang ekonomi pembangunan kewilayahan, dan Prof Maria Nindatu dalam bidang parasitologi.
Menurut Rektor, momen ini menjadi tonggak penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Maluku.
Prof.Dr.Ir.Frederika.S.Pello.MSi, kepada media di sela-sela syukuran pengukuhan dirinya, di restoran Apong, Wayame -Ambon menjelaskan, telah menyampaikan pidato ilmiah yang berjudul : “Dampak Fitoplankton Berbahaya Terhadap Produktivitas Perairan dalam Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan “.
Menurut Pello, perkembangan fitoplanton tertentu dapat menimbulkan ancaman serius bagi ekosistim laut dan keberlanjutan perikanan , khususnya di perairan Teluk Ambon dan wilayah sekitarnya.
Pello, memaparkan bahwa tujuan utama kajian ini adalah untuk mengajarkan masyarakat dan pemangku kepentingan tentang dampak aktifitas pembangunan di daratan yang berimplikasi pada penurunan kualitas perairan.
Ia mencontohkan kondisi di Ambon, dimana perairan di jadikan tempat pembuangan sampah, sehingga mengakibatkan tekanan lingkungan yang memicuh blooming fitoplanton berbahaya.
“Jika kondisi Perairan tidak tertekan , komposisi planton dapat berkembang dengan baik .
Namun tekan lingkungan membuat jenis-jenis tertentu berkembang biak secara cepat dan memicu penurunan oksigen yang dapat membahayakan ikan.terutama di keramba”,tukasnya.
Hasil penelitiannya di Teluk Ambon dan Perairan. Halmahera, Pello menemukan kadar toksin mollusca telah melebihi ambang batas WHO, yakni 390 mikrogram per 100 gram daging jauh di atas batas aman 80 mikrogram .
Oleh sebab itu dirinya berharap temuanya dapat menjadi acuan bagi penelitian lanjutan dan penyusunan kebijakan perlindungan masyarakat pesisir.
” saya ingin agar temuan ini , tidak berhenti di data saja, tatapi ditindak lanjuti oleh instasi terkait demi keselamatan masyarakat yang tergantung pada sumberdaya laut “, tukasnya.
Bahkan sebagai langkah mitigasi,Pello menekankan pentingnya sosialisasi dan edukasi , terutama pada musim timur ketika curah hujan tinggi dan aliran air darat membawa nutrien berlebihan ke laut , yang dapat memicu blooming fitoplanton berbahaya.
Pello juga, mengusulkan kerja sama lintas instansi termasuk dinas Kota Ambon dan provinsi Maluku, untuk memantau kualitas Perairan dan memberi informasi cepat kepada masyarakat terkait potensi berbahaya.
“Kita tidak bisa menunggu sampai korban berjatuhan seperti peristiwa tahun 1994, ketika 3 anak meninggal dan puluhan orang dewasa dirawat di rumah sakit akibat keracunan mollusca beracun,”ungkapnya.
Pello mengaku, pengukuhan dirinya sebagai guru besar tidak saja menjadi tonggak pencapaian akademik semata, namun juga sebagai momentum memperkuat komitmen bersama dalam menjaga keberlanjutan perikanan dan keselamatan masyarakat pesisir.
Oleh karena itu penelitian mendalam serta pendekatan kolaboratif, diharapkan kualitas perairan Maluku terjaga, sehingga
Sehingga sumberdaya laut tetap terjaga dan lestari untuk generasi mendatang. (MM10)

















