Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
DaerahHeadline

Maluku Urutan Keenam Tertinggi Stunting Nasional: 28,4 Persen Anak Terancam Gizi Buruk

37
×

Maluku Urutan Keenam Tertinggi Stunting Nasional: 28,4 Persen Anak Terancam Gizi Buruk

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

AMBON,MM. – Provinsi Maluku menduduki urutan keenam dengan prevelansi stunting tertinggi di Indonesia, mencapai 28,4 persen. Bahkan jauh lebih tinggi dari prevalensi stunting nasional 19,8 persen.

 

Tingginya prevalansi stunting diakui langsung Wakil Gubernur, Abdullah Vanath saat membuka rapat koordinasi mitra dalam rangka percepatan penurunan Stunting di Provinsi Maluku di Ambon, Selasa (4/11/2025).

 

Dikatakan, stunting tidak hanya disebabkan oleh kekurangan gizi, tetapi juga oleh rendahnya pengetahuan orang tua, pola asuh yang keliru, dan kondisi ekonomi keluarga yang lemah.

 

“Pola asuh menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting. Di banyak daerah, anak-anak menikah di usia muda, belum memahami cara merawat bayi dengan baik, dan akhirnya anak-anak mereka rentan terhadap stunting,” ujarnya.

 

Ia menambahkan bahwa pendidikan dan peningkatan ekonomi keluarga menjadi faktor penting dalam memastikan terpenuhinya gizi anak.

 

“Jika ekonomi keluarga kuat, kebutuhan nutrisi bayi pasti terpenuhi. Namun bila belum, pemerintah harus hadir dengan langkah mitigasi dan program pemberdayaan,” tegas Vanath.

 

Vanath menekankan bahwa penurunan stunting tidak dapat dilakukan oleh satu lembaga saja. Diperlukan kolaborasi lintas sektor, termasuk bidang pertanian, kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan.

 

“Bicara stunting berarti bicara soal nutrisi, pola asuh, lingkungan, dan kesehatan. Karena itu semua instansi harus berperan. Pemerintah daerah telah membentuk tim percepatan penurunan stunting yang dipimpin oleh Wakil Gubernur sendiri,” jelasnya.

 

Ia juga menyampaikan bahwa mulai tahun 2026, program percepatan stunting akan diperkuat dalam perencanaan daerah dengan melibatkan seluruh OPD dan organisasi mitra agar langkah penanganan lebih terukur dan terkoordinasi.

 

Untuk itu, ia mengajak seluruh pihak untuk menjadikan gerakan penurunan stunting sebagai gerakan bersama dan berkelanjutan. Ia mengibaratkan penanganan stunting seperti merawat pohon pala yang produktif karena dirawat dengan baik menggambarkan pentingnya perhatian dan perawatan terhadap tumbuh kembang anak.

 

“Kita tidak perlu banyak anak, yang penting anak-anak kita produktif dan sehat. Anak-anak inilah yang akan menjadi sumber daya manusia unggul menyongsong Indonesia Emas 2045,” ungkapnya.(MM-9)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *