AMBON, MM. – Di tengah upaya memperkuat kedaulatan pangan daerah, Pemerintah Provinsi Maluku kembali melahirkan gebrakan baru. Kali ini, langkah inovatif itu diwujudkan melalui pengembangan tanaman Hotong, pangan lokal khas Pulau Buru, yang siap ditanam di Pulau Ambon sebagai proyek percontohan (pilot project) di Balai Benih Induk (BBI) Hortikultura.
Rencana besar tersebut akan dimulai 20 November 2025, ditandai dengan kegiatan penanaman perdana Hotong oleh Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, bersama jajaran Dinas Pertanian. Upaya ini menjadi bagian dari komitmen Pemerintah Provinsi Maluku untuk menghidupkan kembali potensi pangan lokal yang hampir terlupakan.
Hotong merupakan tanaman pangan sejenis padi-padian yang sejak lama menjadi sumber karbohidrat masyarakat adat Pulau Buru. Namun, dalam satu dekade terakhir, tanaman ini nyaris tak lagi dibudidayakan secara luas. Kini, di bawah dorongan Gubernur Maluku, Hotong kembali diangkat sebagai ikon pangan lokal sejajar dengan sagu.
“Hotong ini sebenarnya sudah lama dikenal di Pulau Buru, tapi selama hampir 10 tahun terakhir masyarakat setempat tidak lagi mengembangkannya. Pak Gubernur melihat potensi ini dan meminta agar Hotong diangkat kembali sebagai simbol kebangkitan pangan lokal Maluku,” ujar Kepala Dinas Pertanian Maluku, Ilham Tauda, Kamis (13/11/2025).
Menurutnya, hasil uji coba para peneliti dari Universitas Pattimura, Hotong ternyata bisa tumbuh subur di Pulau Ambon dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 persen. Hasil ini membuka peluang besar bagi perluasan budidaya tanaman khas tersebut.
Selain memiliki nilai gizi tinggi, Hotong juga bernilai ekonomi besar. Harganya di pasaran saat ini berkisar antara Rp100.000-Rp150.000 per kilogram, karena produksinya masih sangat terbatas.
“Hotong Buru ini luar biasa, karena selain karbohidrat, ia juga mengandung protein. Jadi orang makan Hotong, sudah cukup tanpa ikan atau daging,” jelas Ilham.
Tak hanya mengandalkan inovasi pertanian, proyek ini juga memadukan teknologi ramah lingkungan. Dinas Pertanian Maluku bekerja sama dengan PT Suryaqua Teknologi Indonesia, perusahaan penyedia sistem pompa air tenaga surya, untuk memastikan kebutuhan air di lahan BBI terpenuhi secara berkelanjutan.
“Selama ini petani terkendala dengan tingginya biaya BBM untuk pompa air berbasis solar. Dengan sistem tenaga surya ini, biaya operasional bisa ditekan sekaligus lebih ramah lingkungan,” ungkap Ilham.
Melalui kerja sama ini, air akan disalurkan langsung dari sumber sungai ke lahan pertanian menggunakan tenaga matahari. Kerja sama resmi antara Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Pertanian dan PT Suryaqua Teknologi Indonesia akan ditandatangani bersamaan dengan acara penanaman perdana Hotong pada 20 November mendatang.
Menuju Maluku Mandiri Pangan
Dijelaskan, Sebagai proyek percontohan, tahap awal pengembangan Hotong akan dilakukan di lahan seluas 1 hektar, dengan bibit sebanyak 25 kilogram. Ke depan, Balai Benih Induk akan disiapkan sebagai pusat pengembangan dan penyedia benih Hotong untuk petani di seluruh Maluku.
“Kita ingin agar benih Hotong bisa diproduksi di BBI, sehingga masyarakat bisa menanam dan mengolahnya menjadi bahan pangan alternatif yang bernilai ekonomi tinggi,” tambahnya.
Inovasi pengembangan Hotong bukan hanya tentang ketahanan pangan, tetapi juga tentang identitas dan kemandirian daerah.
“Kita ingin pangan Maluku berdiri di atas kekuatan sendiri. Hotong dan Sagu akan menjadi dua pilar penting menuju Maluku yang mandiri dan berdaulat pangan,” tegasnya.(MM-9)

















