AMBON,MM. – Pulau Masela merupakan, 1 dari 92 pulau terdepan yang ada di Indonesia, hal ini sangat berkaitan dengan gagasan, kementerian kebudayaan melalui Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah XX dalam melakukan perlindungan terhadap warisan budaya di wilayah perbatasan, yang secara geopolitik sangat rentan diklaim negara lain. Hal ini merupakan penekanan pada laporan ketua panitia Festival Budaya Masela, Ibu Santhy Kanony, S.Si, di Desa Telalora Kecamatan Pulau Masela Maluku Barat Daya, Sabtu 13 September 2025.
Dalam laporannya Kanony juga menyoroti tema utama dalam Festival Budaya Masela 2025 yakni “ Budaya Lestari Bangsa Unggul” sorotan tema ini menjadi semangat dalam pelaksanaan Festival Budaya Masela 2025.
Dalam Festival Budaya Masela, Fokus utamanya adalah memperkuat eksistensi tari Seka sebagai warisan budaya nasional yang telah ditetapkan Pemerintah Republik Indonesia
Masyarakat Pulau Masela sangat antusias mengikuti kegiatan Festival Budaya Masela yang dilaksanakan di desa Telalora, Kecamatan pulau Masela. Hal ini dibuktikan dengan penampilan perwakilan dari desa-desa yang ada di pulau Masela.
Menariknya bahwa formasi gerakan tari seka yang bervariasi diiring dengan bunyi tifa kecil (kiwla) dan tifa besar (Praya) merepresentasikan simbol perahu yang masih eksis dalam kebudayaan masyarakat Masela.
Kegiatan Festival Budaya Masela ini dihadiri oleh Kasubbag Umum Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX, Bapak Stenly Reigen Loupatty, S.Pd. yang dalam sambutanya antara lain memberikan apresiasi kepada masyarakat pulau Masela yang selalu menjaga eksistensi budaya di wilayah bertajuk Wakmyer.
Selanjutnya dalam sambutannya Loupatty juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada masyarakat desa Telalora sebagai tuan rumah yang boleh berkordinasi dan berkolaborasi bersama Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX menyiapkan kegiatan Festival Budaya yang begitu baik sehingga kegiatan festival berjalan sesuai harapan masyarakat Masela dan memberikan dampak langsung bagi masyarakat Masela.
Adapun pulau Masela kini memiliki tiga warisan budaya takbenda nasional yang telah ditetapkan pemerintah yakni Tari Seka, Tari Poya, dan Tari Tyarka.
Hal ini disampaikan kasubbag umum Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX dalam sambutanya. Semangat membangun kebudayaan di wilayah pulau Masela harus tetap diperkuat dengan pewarisan nilai tari seka di pulau Masela sebagai bagian dari identitas orang Masela. Bapak Stenly juga menyampaikan kehadiran Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX di Pulau Masela bukan saja untuk Festival Budaya namun juga melakukan studi Pelestarian Im (Rumah adat) di Pulau Masela, yang kini tidak lagi ditemukan di pulau Masela. Mengingat arsitektur ini sangat penting bagi kebudayaan masyarakat di Pulau Masela.
“Kalau bukan kita siapa lagi dan kalau bukan sekarang kapan lagi”. Ini ajakan penting yang disampaikan kasubbag umum Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX Bapak Stenly Reigen Loupatty di bagian akhir sambutannya. (MM-3)
Apresiasi Pemerintah Kabupaten Maluku Barat Daya melalui sambutan Camat Pulau Masela, Bapak Cost Aswaly, S.Pi, mendukung sepenuhnya langka strategis yang dilakukan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX dalam menjaga tradisi dan budaya di Pulau Masela. Camat Pulau Masela bersama seluruh jajaran Forkopimcam pulau Masela hadir langsung dalam memberi dukungan bagi masyarakat pulau Masela dalam Festival Budaya Masela tahun 2025, yang di lakukan di Desa Telalora, Pulau Masela, Maluku Barat Daya. Tari Seka merupakan tarian sakral di pulau Masela, tarian ini kini bisa ditarikan oleh siapa saja. Menurut Bapak Domingus Borolla, Kepala Desa Telalora bahwa tarian ini merupakan tarian perang dan mencerminkan nilai patriotisme dan semangat masyarakat di pulau Masela dalam menjaga eksistensi kewilayahannya dari ancaman.
Dahulu tarian seka hanya bisa dipentaskan pada kegiatan adat tertentu saja dan dibatasi pada orang tertentu, namun kini, Tari seka bersifat terbuka untuk siapa saja dan menjadi sarana hiburan dan edukasi bagi masyarakat di Pulau Masela. Lanjut Bapak Dominggus bahwa kami di wilayah Pulau Masela sangat mengapresiasi Kementerian Kebudayaan melalui Balai Pelestarian Kebudayaan yang selalu hadir dalam menjaga tradisi seka agar tetap lestari di bumi Masela. (MM-3)