AMBON,MM. – Isu tak sedap kembali tercium, seakan meruntuhkan integritas pejabat publik di lingkup Kantor Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Provinsi Maluku.
Isu kali ini tertuju kepada Kepala BPJN Provinsi Maluku, Moch Igbal Taher. Sikap tak profesional dalam merespons pertanyaan wartawan yang tergabung dalam, TIM K’Lau K’Dara terkait kontrak pengawasan teknis proyek jembatan senilai miliaran rupiah. Pada hari Rabu malam (18/06/25).
Informasi yang dihimpun dalam pertemuan singkat di kantornya BPJN Provinsi Maluku, pada pukul 08:19 wit.
Ketika usai pertemuan tersebut tiba-tiba suasana mendadak memanas. Ketika emosi Ikbal meledak dan tak terkendali terhadap wartawan.
Ketika di tanya keterlibatan dirinya dalam kontrak pengawasan teknis proyek jembatan senilai miliaran rupiah yang baru saja diteken diam-diam dan mengabaikan transparan kepada publik.
“Saya tidak tahu kontrak apa itu!, Jangan asal tuduh!. Saya tidak tanda tangan apa-apa, ya! Jangan bawa-bawa nama saya seenaknya!” teriaknya dengan wajah memerah dan sorot mata tajam dibaluti amarah.
Sikap meledak tersebut memantik pertanyaan serius. Bagaimana mungkin seorang pimpinan tertinggi bisa bertindak demikian terhadap wartawan.
Ironis BPJN Provinsi Maluku tidak mengetahui adanya penandatanganan kontrak resmi yang dilakukan di kantornya sendiri, dengan dokumentasi dan kehadiran pejabat penting lainnya?
Faktanya, kontrak pengawasan teknis proyek tersebut ditandatangani antara PPK Pengawasan dan pihak PT Bintang Inti Rekatama KSO PT Hasfarm Dian Konsultan.
Dan Penandatanganan itu disaksikan langsung oleh Kasubag Umum dan Tata Usaha BPJN Maluku, Telly Cappenberg, serta Kepala Satker P2JN, Julia O. Joris.
Bahkan dalam acara tersebut, mereka sempat menyampaikan sambutan normatif, memuji sinergi penyedia jasa dan menekankan komitmen terhadap kualitas.
Namun, semua itu kini tampak seperti sandiwara belaka dihiasi senyum palsu dan pujian kosong ketika pucuk pimpinan justru menyangkal dan menghindar.
Ketika ditanya lebih lanjut oleh wartawan, Ikbal kembali membentak: “Saya tidak ikut campur urusan itu! Kalau ada yang main proyek, bukan saya! Jangan cari-cari masalah!”.
Ia pun lalu meninggalkan halaman kantor dengan nada tinggi, dan terlihat kasar karena kesal: “Saya tidak peduli, mau demo atau apa, saya tidak peduli lagi!”
Sembari meninggalkan wartawan yang masih bertanya, Ikbal memasuki mobil dinasnya dan pergi tanpa penjelasan.
Pernyataan sikap kurang ramah dan terlihat kurang bersahabat dan arogan ini justru menyulut kecurigaan yang lebih dalam ada apa dibalik semua drama ini.
Apakah benar Ikbal tidak tahu-menahu? Atau apakah sikap meledaknya adalah upaya menjauhkan diri dari potensi skandal yang tengah tumbuh di balik layar proyek?
Mengapa kontrak bisa berjalan tanpa persetujuan pimpinan tertinggi?
Apakah ini skenario untuk menciptakan kambing hitam saat proyek terindikasi bermasalah?.
Mengapa seorang pejabat publik bersikap layaknya terdakwa di pengadilan?
Perlu di ketahui, hasil penusuri, proyek ini mencakup rehabilitasi dan pembangunan jembatan di sejumlah titik strategis di Maluku.
Namun, baru pada tahap awal pengawasan saja, proyek ini sudah dipenuhi amarah, penyangkalan, dan atmosfer gelap penuh keraguan.
Jika inilah wajah kepemimpinan BPJN Maluku di awal pelaksanaan proyek, publik patut khawatir dan tahu apa yang terjadi sesungguhnya terjadi di balik semua ini.
Akankah jembatan-jembatan ini benar-benar kokoh menopang kepentingan rakyat?.
Ataukah hanya menjadi pondasi rapuh tempat kelompok elit menumpuk kekayaan pribadi?.
Yang jelas, rakyat Maluku berhak tahu dan berhak mengawasi. Sebab transparansi adalah jembatan utama menuju keadilan. (MM-10)