AMBON,MM.- Benteng Dùurstede yang dibangun oleh bangsa Portogis yakni Gubernur Ambon Nicolas Schagen pada tahun 1691, kini mulai direnovasi lagi oleh Balai Cagar Budaya, sejak 7 Juli 2024. Saat ini kondisi tembok-tembok dan bangunan-bangunan didalam benteng mulai terkelupas.
Benteng peninggalan Portogis ini sebelumnya pernah direnovasi oleh Dinas Parawisata.
Pemerhati Budaya, Cak Aponno menyebutkan, renovasi yang dilakukan Dinas Pariwisata ini tidak memenuhi persyaratan bidang Cagar Budaya, dan akhirnya kini direnovasi lagi.
“Bagian-bagian temboknya yang terkelupas dilapisi lagi, termasuk bangunan-bangunan yang ada di dalamnya. Direncanakan akan disediakan toilet dan kran air di luar bangunan,”kata Cak, Selasa (16/7/2024).
Bangunan peninggalan kolonial ini menjadi obyek wisata domestik maupun mancanegara sehingga perlu dijaga direnovasi untuk menjaga kelestariannya. Benteng ini direbut Belanda dari tangan Portogis dan ditempati oleh TNI AD.dan tidak terawat.
Berkaitan Dengan Perang Pattimura
Benteng ini begitu sangat terkenal dengan benteng kolonial lainnya di Pulau Nusalaut dan di Pulau Haruku karena benteng ini menjadi tempat pertahanan Belanda yang pada waktu itu dibawah Residen Johanes Rudolf van den Berg.
Awalnya ketidaksenangan masyarakat terhadap Belanda dengan rapat-rapat gelap di Negeri Haria pada 3 dan 14 Mei 1817 untuk menyusun strategi bagi perlawanan Belanda. Kemudian rakyat Negeri Porto membangkang untuk memuat dan mendayung arumbae yang memuat bahan bangunan berupa kayu untuk benteng Victoria di Ambon. Karena pembangkangan dan pemberontakan rakyat Negeri Porto yang menjadi awalnya perang Pattimura dibawah kepemimpinan Thomas Matulessy itulah, maka van den Berg dengan menunggang kuda serta sepasukan kecil berangkat ke Porto. Di Porto rakyat melakukan perlawanan sehingga van den Berg dengan pasukannya yang terancam untuk dibunuh segera kembali ke Saparua.
Saat Thomas Matulessy menyerang benteng Duurstede, benteng ini hanya diperkuat oleh 14 serdadu dan bisa bertaham dari pagi sampai jam 3 sore. Setelah itu van den Berg menyatakan menyerah, namun dia sudah mengalami luka diperut. Pada waktu van den Berg menyerah, maka dia dibunuh bersama isteri, anak dan pembantu-pembantunya. Salah satu anaknya, Jean Luberts yang mengalami tiga luka di kepala, sempat pingsan karena pendarahan. Jean Luberts siuman dan dipelihara oleh Salomon Patiewael. Benteng ini direbut kembali oleh Belanda dipimpin mayor Beetjes..(MA)