AMBON,MM. – Sejumlah mahasiswa membakar ban bekas didepan kamous Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Senin (26/8/2024).
Pembakaran ban bekas merupakan bagian dalam aksi demo yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa Pemerhati Kebijakan Kampus Unpatti Ambon.
Selain bakar ban brkas, mahasiswa yanv dikoordinir Amrozi juga terlibat saling dorong dengan security, sehingga kaca depan gedung kampus pecah.
Insiden ini dipicu kekecewaan atas kebijakan kampus yang dinilai sangat merugikan mahasiswa. Mereka mendesak Dekan Fakultas Kedokteran, untuk segera mencabut kebijakan yang sangat merugikan kampus.
“Kami mendesak Pimpinan Fakultas Kedokteran (Dekan) mempertimbangkan kebijakan fakultas yang merugikan mahasiswa kedokteran,” kata Amrozi dalam orasinya.
Kebijakan drop in kepada belasan mahasiswa kedokteran Unpatti Ambon sangat menciderai nilai-nilai pendidikan. Mahasiswa yang memiliki IP kecil, dipaksa untuk memilih fakultas lain di Unpatti Ambon, tanpa diberikan kesempatan untuk memperbaiki nilai tersebut.
Kondisi ini di perparah dengan fasilitas kampus hingga dosen tenaga pengajar yang masih minim dan tidak memenuhi syarat mengajar di Fakultas Kedokteran.
“Kami mendesak dekan Fakultas kedokteran memberikan dispensasi kepada 13 Mahasiswa Kedokteran yang akan di drop in,”pintanya.
Kebijakan drop in yang diterapkan dirasakan sangat tidak tepat, mengingat kondisi rasio mahasiswa dan Dosen tidak seimbang, dengan kata lain, satu dosen berbanding dengan 200-300 mahasiswa.
Rasio mahasiswa dan Fasilitas Praktikum dan Clinical Skill Lab (CSL) juga tidak seimbang, sehingga secara tidak langsung kondisi ini ikut mempengaruhi nilai mahasiswa. Disamping itu, Penanggungjawab Nilai Mata Kuliah ternyata adalah dosen lulusan S1.
“Masih terdapat dosen atau penanggung jawab nilai yang masih lulusan S1. Padahal sesuai aturan lulusan S1 tidak bisa mengajar calon sarjana S1,”kata mereka.
Pemberian nilai kepada mahasiswa kedokteran juga sangat tidak objektif dan tidak sesuai dengan peraturan Rektor nomor 03 tahun 2018.
“Yang beri nilai ini dosen kontrak yang notabenenya adalah S1. Mestinya yang bisa memberikan nilai adalah mereka yang punya sertifikasi dosen. Mahasiswa yang nilainya kecil, juga sulit untuk lakukan perbaikan, sebab dosen lebih banyak di rumah sakit,”paparnya.
Menyikapi kondisi itu, mereka meminta agar Rektor segera evaluasi dan ganti dekan Fakultas Kedokteran, karena kebijakan yang merugikan mahasiswa.
Mereka menjelaskan, awalnya ada sekitar 55 mahasiswa kedokteran yang terancam drop in ke fakultas lain.
Hanya saja sekitar 36 mahasiswa yang memiliki IP 2 batal drop ini, sedangkan 13 mahasiswa statusnya tidak jelas.
“Status 13 mahasiswa ini bagaimana, kalau mereka di drop in uang semester mereka apakah dikembalikan, atau bagaimana,”tanya mahasiswa dalam orasinya.
Hingga saat ini, belum ada penjelasan resmi dari Dekan Fakultas Kedokteran atas aksi demo yang terjadi. Pihak security beralasan, Dekan tidak ada ditempat, sehingga tidak bisa menemui mahasiswa.(MM)